Long Distance Marriage (LDM)
LDM atau Long Distance Marriage, adalah menjalani sebuah pernikahan tapi berpisah jarak jauh dari pasangan. saya rasa banyak pasangan suami isteri yang menjalani hubungan semacam ini. Hubungan ini memang bukan hubungan ideal sebagai pasangan suami istri. Namun karena banyak kondisi hal ini mungkin saja bisa terjadi. bukan hanya saya, namun jutaan pasangan di luar sana juga mengalaminya.
terakhir suami pulang ke Yogyakarta bulan Januari 2020, tak lama kemudian wabah Corona melanda seluruh dunia, membuat kami harus berpisah lebih lama dan bersabar. Suami berada di Belanda, sedangkan saya dan anak anak menetap di Yogyakarta.
Untuk menjalani sebuah hubungan semacam ini dibutuhkan komitmen yang sangat kuat. Selain itu yang tidak kalah penting adalah KEPERCAYAAN, KEJUJURAN DAN KOMITMEN yang baik satu sama lain. ketiga pilar inilah yang menyangga kelanggengan sebuah hubungan apa lagi ketika jarak yang sangat jauh memisahkan kami berdua.
Selama menjalaninya kami berdua saling tetap setia tentu saja bersabar menunggu sampai pandemi ini berakhir, namun kami berharap semua kembali normal secepatnya. kami berdua menyadari tidaklah mudah menjalaninya setiap hari. terlebih kami saling mencintai selama 26th.
komunikasi kami sangatlah baik baik, bahkan selama 10 bulan ini berjalan dengan baik dan alhamdulillah Allah SWT saling menjaga hati kami berdua. suami sibuk bekerja dan mengurus segalanya sendiri di Belanda, dan saya di Yogakarta sibuk sebagai ibu rumah tangga mengurus anak anak kami, usaha kecil batik di rumah. semua berjalan seperti biasanya. saya menyadari pandemi ini membuat kehidupan segalanya berubah drastis. kami yakin percaya bahwa Allah SWT menolong kami berdua bekerja eras setiap hari. inshaAllah
komitmen, ya kami selalu memanfaatkan momen untuk saling mengingatkan masa masa sulit kami berdua. Bagaimana kami merangkak dari nol sampai saat ini. kami selalu mengingatkan akan komitmen menjadi lebih kuat.
Jauhnya jarak yang memisahkan kami berdua bukan alasan untuk bisa lebih dekat, justru jarak itu memupuk rindu kami dan membuat pelukan kami semakin erat meski hanya melalui video call, telp, chat whatsapp romantis setiap hari dari suami.
Tanpa komitmen yang kuat hubungan semacam ini seperti rumah yang didirikan di atas pasir, di terpa angin sedikit saja roboh. Namun jika komitmen bersama pasangan masing masing cukup kuat, itu artinya rumah tangga sudah dibangun diatas pondasi yang baik.
Saya dan suami memegang prinsip bahwa cinta harus terpelihara dengan baik, mengharapkan keridhoan barakah dari Allah SWT. komunikasi ibarat kipas bambu, yang akan membuat bara api tetap menyala. cara kami berkomunikasi juga seperti ketika kami mengipas, tidak perlu menggebu gebu, tidak juga penuh emosi, tapi jangan terlalu lemah atau terlalu jarang juga. artinya kami ememlihara cinta kami tetap stabil, secukupnya dan konsisten. seperti ketika mengipas, tidak perlu sekuat tenaga karena akan mudah lelah, kipaslah ringan, memastikan bara api tetap menyala dan hangatnya tetap terjaga.
ketiga hal itu kami jaga dan kami pelihara selama ini. kami berdua berharap tahun depan semua kembali normal, bisa berkumpul kembali bersama suami tercinta.
semoga tulisan saya bisa menginspirasi banyak dan penyemangat teman teman di luar sana yang sedang mengalami hal serupa.
dari jutaan yang mencoba mungkin tiga perempatnya gagal, tapi jangan lupa ada seperempat dari mereka yang menikmati proses dan akhirnya menikmati keberhasilan hubungan ini. dan bisa berkumpil kembali, alhamdulillah.
tidak ada LDR atau LDM yang abadi, mereka hanya memiliki waktu terbaik untuk bersatu, nikmatilah sampai saat itu tiba.
kami saling mendoakan, memberi semangat karena yakin hanya Allah SWT lah yang mampu mempertemukan kami kembali di dunia dan jannahNya. aamiin
Yogayakarta, 20 November 2020.
voor mijn lieve schat, ik hou van jou tot jannah, inshaAllah.
Comments
Post a Comment